Home / Fashion And Style / Aroma Vagina Berubah? Ini 10 Faktor Penyebabnya!

Aroma Vagina Berubah? Ini 10 Faktor Penyebabnya!

Vagina memiliki aroma unik yang bisa berubah-ubah. Aroma ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari kebersihan diri, siklus menstruasi, gaya hidup, makanan yang dikonsumsi, hingga kondisi medis tertentu.

Keseimbangan bakteri baik dalam vagina, yang dikenal sebagai flora vagina, sangat penting untuk menjaga tingkat keasaman (pH) yang tepat. pH yang sehat ini berperan penting dalam mencegah infeksi yang bisa menyebabkan bau tidak sedap. Ketika keseimbangan ini terganggu, aroma vagina pun bisa berubah. Mari kita telusuri lebih lanjut apa saja yang bisa memengaruhi aroma vagina.

1. Pengaruh Makanan pada Aroma Vagina

Pernahkah kamu merasa aroma vaginamu berubah setelah makan sesuatu? Beberapa makanan memang bisa memengaruhi bau keringat di area selangkangan, sehingga seolah-olah aroma vagina ikut berubah.

Meskipun penelitian ilmiah tentang hubungan langsung antara makanan dan bau vagina masih terbatas, banyak yang percaya bahwa makanan tinggi alkali dapat memengaruhi pH alami vagina yang sedikit asam, dan akhirnya mengubah aromanya.

Makanan-makanan berikut sering dikaitkan dengan perubahan aroma vagina:

* Kopi, Keju, atau Gula: Konsumsi berlebihan makanan ini dapat mengganggu keseimbangan pH dan memicu pertumbuhan bakteri ragi, yang menghasilkan aroma yang lebih kuat.
* Bawang: Bawang putih, kari, dan makanan beraroma kuat lainnya dapat dikeluarkan melalui kelenjar keringat, memengaruhi aroma di area intim.
* Makanan Tinggi Kolin: Beberapa orang melaporkan bahwa konsumsi kuning telur, daging merah, dan hati yang berlebihan dapat berkontribusi pada aroma vagina yang kurang sedap.
* Alkohol: Konsumsi alkohol berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi dan mengurangi lubrikasi vagina.
* Kayu Manis dan Seledri: Diyakini memiliki sifat basa yang membantu menetralkan keasaman berlebihan dan menyeimbangkan pH.
* Semangka: Buah ini dipercaya membantu membuang racun dari tubuh dan menyeimbangkan tingkat pH.

2. Perubahan Aroma Vagina Selama Kehamilan

Kehamilan membawa perubahan besar pada tubuh wanita, termasuk peningkatan aliran darah ke vagina dan perubahan kadar hormon yang dapat memengaruhi tingkat pH.

Perubahan ini, ditambah dengan potensi perubahan pola makan dan peningkatan sensitivitas indra penciuman, dapat menyebabkan seorang wanita hamil mencium aroma yang berbeda dari biasanya.

Fluktuasi kadar hormon juga dapat meningkatkan risiko vaginosis bakterialis pada ibu hamil, yang merupakan penyebab umum bau tidak sedap pada vagina dan memerlukan penanganan medis.

Perubahan aroma vagina selama kehamilan, sering kali digambarkan seperti logam atau apak, bisa berlanjut setelah melahirkan seiring dengan proses pemulihan rahim dan pelepasan darah serta lendir.

Selain itu, *ngidam* yang sering dialami ibu hamil juga dapat menyebabkan aroma vagina yang berbeda, tergantung pada makanan yang dikonsumsi.

Singkatnya, peningkatan aliran darah ke vagina dan perubahan kadar hormon kehamilan seperti estrogen, progesteron, dan prolaktin, dapat memengaruhi tingkat pH dan menyebabkan perubahan aroma vagina.

3. Vaginosis Bakterialis (BV)

Vaginosis bakterialis atau *bacterial vaginosis* (BV) disebabkan oleh ketidakseimbangan flora normal vagina. Infeksi ini sering dikaitkan dengan bau amis pada vagina yang mungkin semakin kuat setelah berhubungan seks.

Gejala lain BV termasuk keluarnya cairan berwarna abu-abu atau putih keabu-abuan.

BV juga bisa menyebabkan iritasi, rasa terbakar, dan terkadang gatal. Kondisi ini disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan bakteri anaerob jahat yang mengganggu keseimbangan bakteri sehat di dalam vagina.

Faktor risiko BV meliputi berganti pasangan seks, memiliki lebih dari satu pasangan, melakukan *douching*, atau merokok. Namun, banyak wanita yang mengalami BV tidak memiliki faktor risiko yang jelas.

BV dapat diobati dengan antibiotik, dan beberapa kasus mungkin memerlukan pengobatan yang lebih lama jika kondisi tersebut berulang.

4. Trikomoniasis

Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh parasit.

Tidak semua orang dengan trikomoniasis mengalami gejala. Namun, jika gejala muncul, dapat berupa aroma vagina yang tidak sedap, mirip dengan yang dialami pada vaginosis bakterialis atau bau apak.

Gejala umum trikomoniasis lainnya adalah keluarnya cairan berwarna kuning kehijauan.

Meskipun seringkali tidak bergejala, beberapa tanda dan gejala trikomoniasis yang umum pada wanita meliputi:

* Keluarnya cairan encer dalam jumlah banyak dari vagina yang sering kali berbau busuk—cairan ini bisa berwarna bening, putih, abu-abu, kuning, atau hijau.
* Kemerahan pada alat kelamin, sensasi terbakar, dan gatal.
* Nyeri saat buang air kecil atau saat berhubungan seks.
* Ketidaknyamanan di area perut bagian bawah.

5. Fistula Rektovaginal

Fistula rektovaginal atau *rectovaginal fistula* (RVF) adalah kondisi abnormal di mana terbentuk hubungan antara rektum dan vagina, yang menyebabkan masuknya isi rektum ke dalam vagina. Kebocoran ini menyebabkan keluarnya cairan berbau busuk dan dapat menyebabkan penderitaan fisik dan psikologis.

Gejala RVF antara lain:

* Sakit perut.
* Keputihan berbau busuk.
* Gas dan tinja keluar dari vagina.
* Mual, muntah, atau diare.
* Vaginitis.
* Sakit saat berhubungan seks.
* Pendarahan di dubur atau vagina.
* Iritasi kulit vagina, vulva, atau perineum.
* Turunnya berat badan.

6. Kanker Serviks

Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim, yaitu pintu masuk ke rahim. Terkadang, kanker ini bisa menyebabkan bau pada vagina.

Kanker serviks merupakan kanker keempat yang paling umum terjadi pada wanita. Deteksi dini sangat penting karena banyak orang tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Oleh karena itu, pemeriksaan rutin dengan *Pap smear* sangat penting untuk pencegahan kanker.

Jika kanker serviks berkembang, gejala yang mungkin timbul adalah pendarahan vagina (terutama setelah berhubungan seks), keputihan, dan kemungkinan bau vagina. Meskipun demikian, bau pada vagina bukanlah gejala umum kanker serviks.

7. Inkontinensia Urine

Kadang-kadang, aroma yang dikira berasal dari vagina sebenarnya tidak berasal dari sana. Vagina terletak di dalam tubuh, sedangkan bagian luar alat kelamin disebut vulva. Pada banyak wanita, penyebab perubahan bau di area tersebut adalah inkontinensia urine.

Dalam banyak kasus, wanita hanya mengalami sedikit kebocoran urine yang tidak disadari dan hanya merasakan baunya.

Karena masalah ini berasal dari luar (urine di sekitar alat kelamin atau pakaian dalam), mandi dan berganti pakaian bisa menjadi solusi. Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika kamu sering mengalami kebocoran urine karena mungkin memerlukan penanganan medis.

8. Pengaruh Menstruasi pada Aroma Vagina

Darah pada umumnya memiliki bau khas, biasanya seperti besi. Hal yang sama berlaku untuk darah menstruasi.

Darah menstruasi terdiri dari sel telur yang tidak dibuahi, darah, dan jaringan lapisan rahim. Lingkungan vagina yang asam dan adanya berbagai jenis bakteri juga dapat berperan dalam bau sekret vagina dan darah menstruasi.

Perlu diingat bahwa pH normal vagina adalah 3,8–4,5, yang bersifat asam, sedangkan pH 7 bersifat netral.

Adanya darah, air mani, atau urine dalam vagina dapat memengaruhi pH dan menimbulkan bau yang berbeda-beda. Menstruasi yang “sehat” dapat menimbulkan sedikit bau darah. Ini mungkin sedikit bau logam dari besi dan bakteri.

Sebenarnya, menstruasi itu sendiri bukanlah penyebab utama aroma vagina yang tidak sedap. Salah satu alasan utama mengapa ada bau adalah karena darah menstruasi harus keluar dari tubuh melalui vagina yang penuh dengan bakteri.

Ingatlah bahwa ada bakteri baik dan sehat dalam vagina. Baunya seharusnya tidak cukup kuat untuk terdeteksi orang lain, kecuali jika ada bakteri penyebab penyakit dan menular, yang juga bertanggung jawab atas bau badan, bau mulut, bau kaki, dan bau vagina yang menyengat. Aroma vagina dapat bervariasi dari bulan ke bulan.

9. Penggunaan Produk Menstruasi yang Terlalu Lama

Jika kamu meninggalkan tampon, pembalut, atau *menstrual cup* terlalu lama, kamu mungkin akan mencium bau darah yang menyengat.

Seberapa sering kamu harus mengganti produk menstruasi dalam sehari akan tergantung pada jenis produk yang kamu pakai. Aturan umumnya:

* Tampon: Setidaknya setiap 8 jam.
* *Menstrual cup*: Setidaknya setiap 12 jam.
* Celana dalam menstruasi: Setidaknya setiap 12 jam.
* Pembalut: Setiap 4 hingga 8 jam, atau sesuai kebutuhan.

Mengganti produk menstruasi tepat waktu dapat mengurangi bau yang tidak diinginkan dan membantu menurunkan risiko infeksi saluran kemih, IMS, dan sindrom syok toksik.

10. Infeksi Ragi (Kandidiasis Vagina)

Infeksi ragi, atau kandidiasis vagina, mungkin berhubungan dengan aroma yang lebih manis seperti bir. Ini adalah kondisi umum yang lebih mungkin terjadi pada:

* Wanita hamil.
* Orang dengan sistem imun yang lemah.
* Orang dengan diabetes yang tidak terkontrol.
* Orang yang menggunakan antibiotik, yang dapat menghilangkan bakteri baik dalam vagina.

Biasanya, kandidiasis vagina disertai dengan keluarnya cairan yang lebih kental dan menggumpal, dan mungkin disertai rasa gatal, iritasi, kulit mentah, atau kerusakan kulit.

Ada beberapa hal yang dapat memengaruhi aroma vagina. Wajar jika kamu merasa khawatir vagina beraroma tidak sedap atau kamu menyadari adanya perubahan bau. Namun, perlu juga diingat bahwa vagina memiliki bau khas, bukan harum layaknya bunga.

Vagina bisa membersihkan dirinya sendiri. Namun, jika kamu ingin meningkatkan kebersihan area intim tersebut, kamu bisa melakukan hal-hal seperti:

* Mengenakan pakaian dalam yang mampu menyerap keringat dengan baik (misalnya, katun).
* Hindari pakaian dalam basah atau lembap yang dapat menumpuk bakteri.
* Ganti produk menstruasi secara berkala.
* Gunakan kondom saat berhubungan intim.
* Banyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi.

Hindari melakukan praktik *douching* atau menggunakan produk yang mengandung pewangi karena dapat mengganggu pH vagina dan memicu aroma vagina yang lebih menyengat.

Referensi

* Cleveland Clinic. Diakses pada April 2024. Vaginal Odor.
* Healthnews. Diakses pada April 2024. What Impacts Your Vagina Smell?
* University Health Center. Diakses pada April 2024. Vaginal odor: what’s normal and what’s not.
* Mayo Clinic. Diakses pada April 2024. Trichomoniasis.
* MedlinePlus. Diakses pada April 2024. Toxic shock syndrome.
* Cancer Council. Diakses pada April 2024. Vaginal cancer.
* Badan Kesehatan Dunia. Diakses pada April 2024. Cervical cancer.
* Grace Health. Diakses pada April 2024. Help, My Period Blood Smells!
* Business Insider. Diakses pada April 2024. 7 reasons your period blood smells worse than usual and what you can do to ditch the odor.
* Prevention. Diakses pada April 2024. 8 Vaginal Odor Causes and How to Fix Each, According to Experts.

Ringkasan

Aroma vagina dapat berubah karena berbagai faktor, termasuk makanan yang dikonsumsi, perubahan hormon selama kehamilan, infeksi seperti vaginosis bakterialis atau trikomoniasis, serta kondisi medis seperti fistula rektovaginal atau bahkan kanker serviks (walaupun jarang). Kebersihan diri, siklus menstruasi, dan penggunaan produk menstruasi juga berperan dalam memengaruhi aroma vagina. Beberapa makanan dan minuman seperti kopi, bawang, dan alkohol dapat memengaruhi pH dan aroma vagina.

Penting untuk menjaga keseimbangan pH vagina dan menghindari praktik *douching* yang dapat mengganggu flora normal. Jika terjadi perubahan aroma yang signifikan atau disertai gejala lain seperti keputihan yang tidak normal, iritasi, atau nyeri, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Mengganti produk menstruasi secara teratur dan mengenakan pakaian dalam yang menyerap keringat juga dapat membantu menjaga kebersihan dan mengurangi risiko bau yang tidak sedap.